MICROGREEN – Alternatif Budidaya dan Agribisnis Sayuran

MICROGREEN – Alternatif Budidaya dan Agribisnis Sayuran

Penelitian Mahasiswa Agroteknologi

Salah satu penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Kadiri adalah terkait budidaya Microgreen. Apakah Anda pernah mendengar tentang istilah Microgreen? Microgreen pada dasarnya adalah sayuran hijau (jangan terkecoh dengan istilah perkecambahan atau pertunasan), yang dipanen tepat setelah daun kotiledon berkembang (dan kemungkinan disertai dengan set dari daun sejati). Ukurannya berkisar antara 1 hingga 3 inchi (2,5 – 7,6 cm), termasuk batang dan dedaunannya. Batang dipanen tepat di atas media tanamnya (tanpa akar). Microgreen dikonsumsi sebagai suplemen nutrisi, mempercantik penampilan makanan, dan pengaya rasa serta tekstur makanan. Dalam beberapa kesempatan juga dapat digunakan sebagai penambah rasa manis dan pedas ke makanan. Berbeda dengan “baby green, microgreen ukurannya umumnya lebih kecil karena dikonsumsi tepat setelah tunas awal, sebelum tanaman menjadi tanaman dewasa yang memproduksi sejumah daun. Dalam agribisnis, microgreen dikenal oleh para pelaku usaha tergolong ke dalam kategori sayuran, pelengkap salad, sup, sandwich, dan lainnya. Meski demikian, microgreen dapat pula digunakan oleh koki inovatif sebagai sayuran utama di beberapa resep untuk rasa dan nutrisi yang lebih intens.

Lalu apakah perbedaan microgreen dan kecambah?

Perkecambahan tanaman atau tunas merupakan biji yang bertunas. Kecambah terdiri dari biji, akar, dan batang, sedangkan microgreen dipanen tanpa akar. Microgreen memiliki rasa yang lebih kuat dibandingkan dengan kecambah, dan tersedia dalam berbagai pilihan bentuk, tekstur, dan warna daun. Microgreens dapat ditanam di tanah atau media lain, seperti lumut gambut. Microgreen membutuhkan tingkat cahaya yang tinggi (lebih disukai sinar matahari alami), membutuhkan kelembaban rendah, dan sirkulasi udara yang baik. Microgreen ditanam dengan kepadatan benih yang sangat rendah dibandingkan dengan pengolahan kecambah. Waktu panen umumnya satu hingga dua minggu untuk sebagian besar varietas, meskipun beberapa dapat memakan waktu empat hingga enam minggu. Penelitian salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Kadiri adalah pada lama penyinaran per hari microgreen (dengan lampu LED) dan beragam jenis media tanam, salah satunya menggunakan rockwool. Beberapa varietas yang paling populer digunakan sebagai benih adalah berikut ini: Famili Brassicaceae: kembang kol, brokoli, kubis, selada air, lobak Famili Asteraceae: selada, sawi putih Famili Amaryllidaceae: quinoa, bit, bayam Famili Amaranthaceae: melon, mentimun, labu. Petani dan pelaku agribisnis umumnya memasarkan microgreen saat masih tumbuh, berakar di nampan (tray) tumbuh sehingga bisa dipotong nantinya. Setelah dikeluarkan dari lingkungan tumbuhnya, nampan microgreens ini harus digunakan dengan cepat atau mereka akan dengan cepat mulai memanjang dan kehilangan warna dan rasa.